Dialah Allah Khalik di alam semesta ini. Apabila seseorang hanya berharap kepada Allah, maka Inshaa Allah apapun akhirnya, kita akan pasrah dan tenang, karena itu telah kehendak-Nya. Seseorang akan menyerahkan seluruh urusannya terhadap Allah. Sekalipun yang diterima berlawanan dengan apa yang diinginkannya. Nasihat Jangan Berharap Bantuan Pada
Berharaplah hanya kepada Allah, karena hanya Allah lah yang tidak akan pernah mengecewakanmu. Jangan berharap kepada manusia, karena engkau akan kecewa. Imam Syafi’i mengatakan, “Ketika hatimu terlalu berharap pada seseorang, maka Allah timpakan ke atas kamu pedihnya pengharapan supaya kamu mengetahui bahwa Allah sangat mencemburui orang yang berharap pada selain-Nya, Allah menghalangi dari perkara tersebut semata agar ia kembali berharap kepada Allah.” Maka, apabila kita memiliki harapan kepada sesama manusia, kembalilah berharap itu kepada Allah SWT. Kenapa? Karena kalau kita terlalu berharap pada manusia, kita pasti akan kecewa. Sebagaimana Ali bin Abi Thalib ra. pernah bersabda, “Aku sudah pernah merasakan semua kepahitan dalam hidup dan yang paling pahit ialah berharap kepada manusia.” Berharaplah hanya pada hanya pada Allah Ta’ala, Dzat yang paling tinggi. Tak ada yang menandingi. Sebagaimana Allah berfirman, “Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap,” QS. Al-Insyirah 8 Allah Ta’ala pun berfirman “Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” QS. Al-Insyirah 5-6. Ini merupakan kabar gembira yang sangat besar, bahwa ketika ditemui sebuah kesulitan pasti akan diiringi dengan kemudahan. Sampai-sampai, andaikan kesulitan itu masuk ke lubang biawak, niscaya kemudahan pun akan masuk ke dalamnya kemudian mengeluarkannya. Sebagaimana yang tertera dalam firman Allah Ta’ala, “…Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan.” QS. Ath-Thalaq 7 Nabi shallallahu alaihi wa sallam juga bersabda “Sesungguhnya bersama kesedihan itu ada jalan keluar dan bersama kesulitan itu ada kemudahan.” HR. Ahmad. Hal ini pun diperkuat tafsir dari Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di yang menyatakan, satu kesulitan tidak akan pernah mungkin mengalahkan dua kemudahan. Dalam hadits lainnya, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda “Tidaklah seorang Mukmin ditimpa rasa sakit yang terus menerus, kepayahan, penyakit, dan kesedihan, bahkan sampai kesusahan yang menyusahkannya, melainkan akan dihapus dosa-dosanya dengan sebab itu.” HR. Muslim, Ini semua lagi-lagi menjadi bukti bahwa kesulitan yang dihadapi manusia tidak akan selamanya. Ibarat hujan, ia akan berhenti dan melengkungkan warna indah pelangi. Ketika kita dilanda kesedihan, perbanyak istighfar mampu menjadi jalan kesembuhan bagi kesedihan kita. Sebagaimana Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda “Barangsiapa memperbanyak istighfar mohon ampun kepada Allah niscaya Allah menjadikan untuk setiap kesedihannya jalan keluar, dan untuk setiap kesempitannya kelapangan, dan Allah akan memberinya rizki yang halal dari arah yang tidak disangka-sangka.” HR. Ahmad, Al Musnad Umar bin Khattab radhiyallahu anhu pun pernah bersabda, “Sebaik-baiknya kehidupan yang kami dapati adalah dengan kesabaran.” Karena kesabaran mampu menyentuh langit dan menurunkan kasih sayang Allah Ta’ala kepada kita, sehingga Dia hilangkan kesulitan dan kedukaan kita karenanya. Astaghfirullah! Ya Allah, ampuni hamba yang terlalu berharap kepada selain-Mu. Kau telah timpakan pedihnya pengharapan selain kepada-Mu. Ya Allah, izinkanlah kami untuk selalu berharap kepada-Mu ya Rabb, agar kami terhindar dari kekecewaan karena terlalu berharap kepada selain-Mu. Semoga kita termasuk orang-orang yang selalu berharap hanya kepada Allah. Hits 9967 Sri Wahyuni Continue Reading Allah, Satu-satunya Tempat Berharap. Adira Azzahra. November 15, 2021. Ngelmu.co – Berharap kepada Allah, karena Allah Subhanahu wa Ta’ala memang satu-satunya tempat berharap. Bukan kepada manusia. Sekalipun mereka tampak cukup segala-gala, bukan berarti benar menjadikan mereka sebagai tempat berharap.Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Jangan berharap kepada manusia, karena engkau akan kecewa, berharaplah kepada Allah, niscaya engkau tidak akan pernah kecewa. Sudah beberapa kali saya membaca kalimat ini, entah itu status orang ataupun di PM. Mari kita telaah sedikit apa sebenarnya arti kalimat itu. Kita mungkin salah satu orang yang pernah menempel PM tersebut di medsos, bbm atau WA, tapi mengertikah kita artinya atau itu hanya sebentuk kalimat sederhana yang akan berlalu begitu saja dan mudah dilaksanakan. Kalimatnya sih sederhana dan sangat betul sekali, jangan berharap kepada manusia tapi berharaplah kepada Allah, lantas bagaimana penerapannya ? sementara kita seringkali mengucapkan kalimat2 seperti "semoga Accounting ngk telat transfer gaji bulan ini ?" atau "semoga Ibu kos ngk nagih bayaran kosan hari ini" atau "semoga direksi ngk jadi ke kantor cabang hari ini" dan jenis2 kalimat lain yang isinya mirip2. Bukankah kalimat2 yang kita ucapkan itu sebenarnya sama halnya dengan "berharap kepada manusia", padahal lucunya di PM kita terpampang kalimat " Jangan berharap kepada manusia, karena engkau akan kecewa, berharaplah kepada Allah, niscaya engkau tidak akan pernah kecewa". Menulis hal ini bukanlah patokan bahwa saya tahu, justru karena saya tidak tahu dan ingin tahu maknanya, saya jadi berkeinginan menulis ini, membuat saya mencari sedikit bacaan lalu merenunginya. Pada intinya, semua yang ada di bumi bergerak atas ijin Allah SWT, semua dibawah kendalinya. Kita bisa makan, tersenyum, bergerak kesana kesini, berkata kata, atau merasa sedih semua adalah kendaliNya, kita ini ibarat boneka, hanya saja kita diberi hati untuk merasakan dan akal untuk berpikir. Nah, itulah dasar tulisan ini, bahwa pada akhirnya kita ini hanya boneka, hanya menerima saja aturanNya. lalu bagaimana cara kita berharap bukan kepada manusia tapi hanya kepada Allah ? jawabannya tentu saja kita harus taat kepada Allah, kita harus mendekatiNya, jangan menjauh dariNya, karena semakin kita menjauh Dia juga akan jauh, tapi ketika kita mendekat Dia akan semakin mendekat. Jika kita punya masalah dengan atasan kita, jangan pusing dengan pemikiran saya harus gimana ke bos, saya harus melakukan apa, tapi pertama curhatlah kepada Allah SWT, jika kita masih berpikir pertama kali "saya harus gimana ke bos" itu artinya kita masih berharap kepada manusia. Coba begitu ada masalah dengan atasan, pertama berdoalah dulu kepada Allah SWT, karena Allah jualah yang menguasai hati dan pikirin bos kita, karena bos kita itu hanya makhluknya, hanya bonekanya Allah. Setelah berdoa, baru berpikir melakukan apa ke bos. Itu baru perbuatan benar yang mencerminkan "jangan berharap kepada manusia tapi berharap kepada Allah". Mari kita rayu Allah sebanyak banyaknya agar hati kita merasa dekat denganNya, ketika dekat, maka insyaAllah kita akan lebih mudah meminta KepadaNya. Dekat dengan anggota DPR, pejabat polisi atau walikota saja kita sudah merasa hebat dan merasa ada Backingan, apalagi ketika dekat dengan Allah yang menguasai jiwa semua pejabat itu. Sobat, Allah itu jauh jauuuuh lebih tinggi dari anggota dewan, walikota atau presiden, tapi kebanyakan prilaku kita tidak mencerminkan itu. Lihat betapa bangganya kita ketika merasa kenal dengan walikota padahal hanya sebatas kenal bukan dekat lho, trus betapa sombongnya kita ketika ada saudara yang menjadi pejabat tinggi di kepolisian "saya mah ada backingan di kepolisian", itu prilaku yang kita temui sehari hari. Mari kita beristiqfar, betapa selama ini kita tidak menomorsatukan Allah dalam kehidupan kita, sadar atau tidak sadar prilaku kita itu mencerminkan itu, walaupun kata2 atau status kita berkata menomorsatukan Allah. Mari mohon ampun kepada Allah sebanyak banyak...Mari menjadi pribadi yang lebih baik di siang hari yang mendung. Lihat Humaniora Selengkapnya
Bekas luka batin yang disebabkan seseorang yang bunuh diri biasa lama sekali pulihnya. Semoga Allah memberi karunia kepada setiap orang yang sedang menghadapi percobaan itu (Mazmur 67:1). Dan kiranya setiap kita berharap dalam janji, "Barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan, akan diselamatkan" (Roma 10:13). Apa pandangan kekristenan mengenai Pernahkah Anda berharap kepada sesama manusia, misalnya saja sang kekasih? Namun, apa yang dirasakan ketika harapan tersebut tidak menjadi kenyataan atau hanya angan-angan saja? Pasti kecewa bukan? Kenapa hal ini bisa terjadi? Ketika seseorang menyimpan harapan terlalu besar kepada orang lain, dia akan terus memikirkan bahkan terobsesi agar harapannya bisa menjadi kenyataan. Hal ini akan membuat orang tersebut lupa kalau suatu saat harapannya itu bisa saja tidak menjadi kenyataan. Apa yang akan Anda lakukan ketika harapan yang selama ini diidamkan tak menjadi kenyataan? Bahkan Anda harus merasakan kekecewaan yang mendalam. Di sinilah seseorang yang dikecewakan mulai berpikir, kenapa dirinya bisa merasakan kekecewaan tersebut. Rasa kecewa bisa dialami seseorang karena orang tersebut terlalu menggantungkan harapannya kepada orang lain. Orang yang Anda berikan harapan, tak lain hanyalah seorang manusia biasa. Dia merupakan makhluk tiada daya serta kekuatan kecuali atas izin Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sehingga janganlah Anda terlalu berharap besar kepada orang lain. Pernahkah Anda berharap kepada Sang Pencipta Allah Subhanahu wa Ta’ala? Karena pada hakekatnya, Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah Tuhan yang menciptakan manusia dan seluruh yang ada di dunia ini. Dia Maha Mendengar apa yang diinginkan hamba-Nya. Mengapa Anda tidak berharap kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala? Dialah Sang Pemilik manusia yang ada di muka bumi ini. Jika seseorang hanya berharap kepada Allah, InsyaAllah apapun hasilnya, dikecewakan ataupun tidak itu sudah kehendak Allah Subhanahu wa Ta’ala. Seseorang akan menyerahkan semua urusannya kepada-Nya. Sekalipun yang orang tersebut terima adalah berupa kekecewaan. Imam Syafi’i mengatakan bahwa, “Ketika hatimu terlalu berharap pada seseorang, maka Allah timpakan ke atas kamu pedihnya pengharapan supata mengetahui bahwa Allah sangat mencemburui orang yang berharap pada selain-Nya, Allah menghalangi dari perkara tersebut semata agar ia kembali berharap kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.” Apabila Anda memiliki harapan kepada sesama manusia, kembalilah berharap kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap,” Qs. Al Insyirah 8. Sebagai manusia, berharap memang merupakan hal yang wajar. Namun, sebaiknya kita tidak terlalu berharap kepada orang lain. Sebab, hal tersebut justru akan berisiko lebih mengecewakan jika segala yang diinginkan tak sesuai. Untuk bisa selalu menjadi pengingat, Anda bisa membaca kata-kata tentang jangan terlalu berharap. Mencegah kecewa, jangan berharap pada manusia cukup Allah saja. Aku sudah pernah merasakan semua kepahitan dalam hidup dan yang paling pahit ialah berharap kepada manusia Aku sudah pernah merasakan semua kepahitan dalam hidup dan yang paling pahit ialah berharap kepada manusia Kita pasti pernah berharap kepada sesama manusia. Misalnya berharap kenaikan gaji? Berharap promosi jabatan? Berharap dicintai balik? Namun, apa yang kita rasakan ketika keinginan tersebut tidak terwujud? Atau hanya menjadi lamunan semata? Pastinya kecewa, sedih dan marah kan? Kenapa hal itu bisa terjadi? Mempunyai harapan dan cita-cita adalah hal yang normal. Namun bila terlalu berharap kepada orang lain, maka kita akan selalu memikirkan itu bahkan sampai terobsesi dan lupa pada kenyataan. Jika sudah lupa pada kenyataan akan membuat akal sehat kita tertutup. Padahal kenyataan tidak selalu indah. Bisa saja harapan tersebut sirna dan membuat stress dan kecewa. Lalu sebaiknya apa yang harus dilakukan supaya tidak terlalu berharap pada manusia? supaya mencegah rasa kecewa dan marah? apalagi ketika harapan selama ini tak menjadi kenyataan? Rasa kecewa muncul apabila menggantungkan harapan yang terlalu tinggi pada orang lain. Padahal orang tersebut adalah manusia biasa yang memiliki kekurangan. Mereka sama seperti kita, makhluk tak berdaya tak berkekuatan kecuali atas izin Allah SWT. Karena itu mari kita kurangi berharap besar pada orang lain. Cukup Allah saja. “Berharap kepada manusia” adalah ungkapan yang mengindikasikan bahwa seseorang mengharapkan sesuatu dari orang lain. Ini bisa berupa dukungan, bantuan, atau sesuatu yang lainnya. Namun, seringkali orang merasa kecewa atau kehilangan harapan mereka ketika orang lain tidak dapat memenuhi harapan atau tidak memberikan apa yang diharapkan. Ada beberapa hal yang perlu diingat ketika seseorang berharap kepada manusia Orang lain tidak selalu dapat memenuhi harapan kita. Mereka mungkin sibuk, tidak memiliki waktu, atau tidak memiliki kemampuan untuk membantu. Mengharapkan terlalu banyak dari orang lain dapat menyebabkan kekecewaan dan rasa tidak puas. Lebih baik untuk tidak mengharapkan terlalu banyak dari orang lain dan mencoba untuk mencari solusi sendiri jika memungkinkan. Tidak selamanya orang lain akan memberikan apa yang kita harapkan. Mereka mungkin memiliki pendapat yang berbeda atau kepentingan yang tidak sama dengan kita. Seringkali lebih baik untuk tidak terlalu bergantung pada orang lain dan belajar untuk mengelola harapan kita sendiri. Ini dapat membantu kita untuk lebih cepat move on dan menemukan solusi lain jika harapan kita tidak terpenuhi. Baca Juga 46 Kata Kata Pasrah Islami dari Al-Quran dan Para Ulama Alquran Diturunkan Selama Berapa Tahun? Pengertian & Fungsi Al-Qur’an Jangan Berharap pada Manusia Simak nasihat-nasihat bijak Sayyidina Ali dan Imam Syafii ini Sayyidina Ali pernah berkata “Aku sudah pernah merasakan semua kepahitan dalam hidup dan yang paling pahit ialah berharap kepada manusia.” Ali bin Abi Thalib Imam Syafi’i berkata “Ketika kamu berlebihan berharap pada seseorang, maka Allah akan timpakan padamu pedihnya harapan-harapan kosong. Allah tak suka bila ada yang berharap pada selain Dzat-Nya, Allah menghalangi cita-citanya supaya ia kembali berharap hanya kepada Allah SWT.” Sebaik-baiknya berharap hanyalah kepada Allah Ustadz Hanan Attaki Memberikan petuah tentang hal ini berharap sama Allahkarena berharap sama manusiaemang selalu ada sisi kecewanyawalaupun orang yang kita harapin itu orang baikbisa aja orang baik itu ngecawain kita bukan karena jahat, tapi karena dia manusiadia bisa lupa, dia bisa lelah, kadang-kadang juga lagi lemahsehingga dalam kondisi kayak gitu kita tetep dikecewakan, walaupun dia ga ada niat ngecewain kitatapi kalau berharapnya ke Allah, harusnya sih ga ada kata menyerah dan menyesal ataupun menderita secara berlebihanselalu ada “khair” setelahnyakarena ada para sahabat yang ngelamin kayak gitu, disakiti dia selalu bisa keluar ketika melibatkan ALlah SWTjadi, libatkan Allah dalam segala kondisiberharap yang terbaik, baca doa musibah, insha Allah diberikan jalan keluar dan ganti yang lebih baik. Allah berfirman dalam surat Al insyirah ayat 8 وَإِلَىٰ رَبِّكَ فَارْغَبْ “dan hanya kepada Rabb-mu hendaknya kamu berharap” Pernahkah kita berdoa meminta pada Allah Subhanahu wa Ta’ala? Allah SWT adalah Rabb sang Pencipta ummat manusia dan seluruh makhluk di dunia ini. Dia Maha Mendengar Doa para hamba-Nya. Dialah Allah Khalik di alam semesta ini. Apabila seseorang hanya berharap kepada Allah, maka Inshaa Allah apapun hasilnya, kita akan pasrah dan tenang, karena itu sudah kehendak-Nya. Seseorang akan menyerahkan seluruh urusannya kepada Allah. Sekalipun yang diterima adalah berlawanan dengan apa yang diinginkannya. Jangan berharap pada manusia, cukuplah pada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Wallahu Alam. Berharap kepada manusia pasti akan berujung pada kekecewaan, dan semakin besar pengharapan kita kepada sesama manusia atau sesama makhluk, maka bersiap-siaplah untuk merasakan kekecewaan yang mendalam. Sahabat, ketika kita hanya menggantungkan harapan kepada Allah swt, Apapun yang kita kerjaka, apapun yang kita lakukan, baik itu hijrah, jihad Sebagai makhluk yang disebut manusia, kehidupan yang kita jalani sejauh ini merupakan sebuah perjalanan yang terikat oleh ruang dan waktu. Selalu berkaitan dengan dimana dan kapan. Secara umum, manusia dengan kecerdasan akalnya kemudian memperiodesasikan waktu dari satuan terkecil sampai terbesar dari mulai hitungan detik sampai tahun. Yang mana menurut hemat penulis ini menjadi kemudahan tersendiri bagi manusia untuk bisa lebih berharap bersikap efektif dan efisien dalam menjalani kehidupan yang kompleks ini. Dalam periodesasi hitungan detik, menit, atau jam, mungkin tak akan menjadi suatu hal yang menarik; jika kemudian menjadi bahan pembahasan ataupun pembicaraan hal layak pada umumnya. Namun jika membicarakan soal tahun maka semua mata akan tertuju salah satunya pada masa akhir dari setiap tahunnya. Selain daripada terdapat perayaan natal bagi umat nasrani dan juga menjadi hari libur bagi siswa-siswi sekolah dasar hingga menengah, moment pergantian tahun di setiap tahunnya pasti seakan menjadi moment yang seakan spesial dan diistimewakan. Tak bisa dipungkiri, misal kita saksikan lewat media sosial kita saja, betapa banyak orang-orang diluar sana; yang sudah memilik planing berlibur/bersenang-senang sejakjauh-jauh hari, menyiapkan petasan atau kembang api, dan segala aktivitas-aktivitas lainnya dengan label tahun baruan’. Fenomena semacam itu memang tak bisa terelakan dan seakan sudah menjadi seperti budaya di kalangan kaum muda khususnya. Karena memang di satu sisi biasanya bertepatan dengan hari libur, di sisi lain ada moment perayaan kembang api yang notabenenya menjadi perhatian di akhir malam bulan Desember tersebut. Hati-Hati, Berharap Pada Tuhan atau Tahun? Namun, terlepas dari fenomena-fenomena tahun baruan diatas sebenarnya ada satu hal menarik lainnya yang agaknya juga patut mendapat perhatian khusus. Fenomena berharap pada tahun yang akan datang mungkin juga tak asing terdengar ataupun terlihat lewat teks-teks di laman media sosial ataupun lainnya. Fenomena semacam ini biasanya berisikan narasi pengharapan pada tahun berikutnya agar tidak terjadi hal-hal – biasanya yang negatif menurut subyeknya masing-masing – yang sudah terjadi dalam kurun waktu 12 bulan terakhir mereka jalani. Isi dari setiap pesannya memang hampir sebagian besar pesan positif dan membangun. Momen di penghujung tahun memang dirasa oleh banyak orang; sebagai moment yang tepat tuk merekap apa-apa yang telah dilaluinya dan dijalaninya selama setahun tersebut. Maka kemudian tak aneh jika banyak pula yang punya harapan besar tuk dirinya di tahun yang akan datang. Namun yang perlu diperhatikan dari fenomena tersebut tentunya jika permohonan/pesan ditujukan dengan berharap pada tahun yang esensinya hanya sebuah satuan waktu, bukan pada Tuhan sebagai pengatur waktu tersebut, tentu ini keliru. *** Dan amat disayangkan sebenarnya jika ini turut dilakukan oleh umat muslim khususnya kaula muda yang mudah mengikuti euforia. Bukan maksud memberi pelarangan, karena tentunya berharap/memohon akan suatu hal yang lebih baik; merupakan sudah menjadi naluri dari manusia dan juga merupakan perbuatan yang positif. Bahkan dalam suatu hadits yang diriwayatkan oleh Aisyah radhiallaahu anha, Rasulullah pun bahkan pernah mengajarkan sebuah doa kepadanya; yang mana isinya beliau meminta akan hal-hal baik dan memohon tuk dilindungi dari hal-hal buruk. Dan tentu yang kemudian membedakan apa yang Rasulullah ajarkan ialah pengharapannya yang tertuju pada Allah dan doanya pun; tanpa spesifikasi terkait kapan pengaplikasiannya. Inilah yang semestinya turut juga diamalkan dan dilakukan oleh setiap muslim dimanapun berada. Sudah barang tentu menjadi perhatian jikalau setiap permohonan dan pengharapan itu disandarkan dan ditujukan hanya kepada Allah selaku Sang Penyayang. Euforia yang biasa terjadi di akhir tahun ini sudah seharusnya ditanggapi dengan lebih bijak dengan tetap berpijak pada jalan Islam. Pengarahapan yang kita ucapkan perlulah kita niatkan dan sandarkan semata kepada Allah. Begitupun jika pengharapan kita terbingkai dalam satuan waktu tertentu. Sehingga kemudian kita pun akan teringat bahwa perubahan yang kita harapkan pun; tentu atas seizin-Nya dan bukan ruang ataupun waktu yang menghendaki. Berharap Hal Baik Tak Perlu Tunggu Akhir Tahun Sama halnya dengan momentum kembang api di penutup malam terakhir bulan Desember, fenomena berseliwerannya narasi-narasi membangun yang ditujukan tuk setiap dirinya masing-masing akan hal-hal baik yang diinginkannya merupakan suatu hal yang tak kan asing kita jumpai di setiap penutup akhir tahun. Setiap orang punya harapannya masing-masing yang biasanya berangkat dari keresahan, kegelisahan, ataupun kecemasan yang sudah dirasakannya. Maka hal tersebut nampaknya jika dalam Islam kita kenal sebagai bentuk muhasabah diri atau dalam istilah umumnya bisa juga disebut sebagai kontemplasi. Dalam Islam sendiri muhasabah diri atau merenungi segala perbuatan yang telah diperbuat untuk kemudian diperbaiki merupakan sebuah anjuran. Sebagaimana termaktub dalam surat Al-Hasyr [59] ayat 18 yang artinya, “Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok akhirat. Bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.”. Kutipan ayat tersebut merupakan perintah tuk bertakwa sekaligus anjuran bagi kita selaku muslim untuk memperhatikan muhasabah diri setiap apa-apa yang kita lakukan. *** Jelaslah dalam ayat tersebut pun bahwa anjuran untuk memperhatikan setiap perbuatan yang hendak dan juga; yang telah kita lakukan tidak terikat akan waktu-waktu khusus. Juga dalam doa-doa terkait memohon suatu kebaikan atau perlindungan akan hal buruk pun; nampaknya tidak ada anjuran atau arahan untuk melakukan doa tersebut di saat-saat tertentu. Maka dari itu, sudah semestinya euforia evaluasi diri di penghujung tahun yang dilanjutkan dengan permohonan akan hal-hal yang lebih baik lagi di kemudian hari tidak hanya hadir ketika dekat moment pergantian tahun. Melainkan sudah tentu harus dilakukan juga di hari-hari biasa atau bahkan setiap hari. Dan perlu diingat, ini bukan berarti melarang memohon harapan di saat penghujung tahun tiba. Namun hanya sekadar bagaimana kita arif & bijak menyikapi fenomena tersebut dengan nafas Islam. Yakni dengan meniatkan dan menyandarkan pengharapan tersebut hanya kepada Allah semata dan juga tidak hanya melakukannya di setiap menjelang penutup tahun saja. Melainkan harus juga dilakukan setiap harinya atau di hari-hari biasanya. Karena sejatinya diri kita tak perlu menunda-nunda dalam hal evaluasi diri. Selalu ada kesalahan pastinya di setiap hari-hari yang kita lalui. Dan sebaik-baiknya tempat untuk memohon ampun dan berharap akan sesuatu yang lebih baik terebut tidak lain dan tidak bukan tentu hanya kepada Allah SWT. Editor An-Najmi Apabila seseorang hanya berharap terhadap Allah, maka Inshaa Allah apapun hasilnya, kita akan pasrah dan damai, karena itu telah kehendak-Nya. Seseorang akan menyerahkan seluruh urusannya kepada Allah. Sekalipun yang diterima berlawanan dengan apa yang diinginkannya. Hadits yang Menjelaskan Jangan mengharap bantuan Pada Siapapun, cukuplah padaWeb server is down Error code 521 2023-06-13 170908 UTC What happened? The web server is not returning a connection. As a result, the web page is not displaying. What can I do? If you are a visitor of this website Please try again in a few minutes. If you are the owner of this website Contact your hosting provider letting them know your web server is not responding. Additional troubleshooting information. Cloudflare Ray ID 7d6bf0874a8a0be5 • Your IP • Performance & security by CloudflareoN5nF.